Rabu, 21 November 2012

Ciri Khas Puisi Taufik Ismail, Chairil Anwar, W.S Rendra dan Sutardji Calzoum Bachri

Ciri Khas Puisi Chairil Anwar
1.      Lugas
Puisi karya Chairil Anwar bersifat ekspresionis dan lugas. Chairil Anwar sangat sedikit menggunakan kata-kata hiasan yang dianggapnya tidak perlu. Ia cenderung mendekatkan bahasa tulis dan bahasa lisan, tidak bertele-tele dan langsung pada tujuan. Dan juga banyak menganut aliran realisme dan ekspresionisme, sehingga banyak menggunakan sarana retorika yang bertujuan intensitas dan ekspresivitas. Diantaranya hiperbola, ironi, dan paralelisme.
2.      Kiasan yang Tajam
Puisi karya Chairil Anwar sangat kaya akan kiasan-kiasan yang tajam dan menikam. Satu ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar adalah kekuatan yang ada pada pilihan kata-katanya. Diantara gaya khasnya dalam berpuisi adalah menggunakan warna-warni kuning, hijau, atau lembayung. Setiap kata mampu menimbulkan imajinasi yang kuat, dan membangkitkan kesan yang berbeda-beda bagi penikmatnya, menghidupkan suasana, bahasa yang dipakainya mengandung suatu kekuatan, tenaga, sehingga memancarakan rasa haru yang dalam. Inilah kehebatan Chairil Anwar, dengan kata-kata yang biasa mampu menghidupkan imajinasi.
3.      Representasi Sikap Hidup
Jika mengamati dan menelaah puisi-puisi karya Chairil Anwar maka kita akan mendapati sebuah ungkapan batin yang sangat dalam. Dan hal tersebut merupakan ciri khas karya-karya Chairil Anwar, karena berasal dari representasi hidupnya dan lahir dari gejolak batinnya.
4.      Multi Tafsir
Tidaklah mudah untuk menafsirkan makna puisi-puisi Chairil Anwar dan akan memaknainya dengan berbeda-beda. Meskipun demikian, pembaca akan menemukan makna tersendiri yang disenanginya.

Ciri Khas Puisi Taufik Ismail

1.      Kritik Sosial
Puisi-puisi yang ditulis oleh Taufik Ismail adalah jenis puisi kritik sosial yang merupakan bentuk halus dari demonstrasi yang ditulis dengan bahasa karya sastra. Puisi-puisi Taufik Ismail lebih dekat kepada persoalan politik dalam negeri, kondisi sosial ekonomi, dan hal-hal kontemporer lainnya. Pada umumnya Taufiq mengarang puisi dalam konteks bernafaskan politik dan agama. Puisi-puisi yang bersangkut paut dengan politik, khususnya tahun 1960an, sering dikritik oleh Taufiq Ismail karena pada zaman tersebutlah Republik Indonesia mengalami krisis; seperti, PKI dan perubahan orde lama ke orde baru. Dengan adanya aspirasi keagamaan, menunjukkan kita bahwasannya Taufiq Ismail merupakan orang yang taat dan teguh dalam memeluk keimanan. Aspirasi politik dan agama tersebut sering dikaitkan kedalam puisi-puisinya agar kita sebagai pembaca atau pendengar dapat mengkaitkan kritiknya dengan posisi kita dalam seseorang yang menganuti ajaran agma. Puisi-puisinya juga terkadang terbentuk dalam sebuah nasehat. Pada umumnya, puisi yang bersifat nasehat terdapat unsur-unsur keagamaan demi membuat kita tersentuh akan saran dan pendapat yang ia berikan. Dalam pembuatan puisi, pemilihan kata yang tepat seperti kata "kita" sering digunakan demi membuat suasana universal dan nyata. Ada pula rima yang bersamaan demi membuat puisi lebih bermakna. Terkadang puisi-puisi Taufik Ismail mampu memotret peristiwa bersejarah.

2.      Lugas dan Transparan
Jika kita menyimak puisi-puisi karya Taufik Ismail, maka pembaca tak akan dibuat rumit dengan sajian diksi yang sublim. Puisi-puisi karya Taufik Ismail adalah puisi transparan yang cukup mudah untuk dimengerti dan dinikmati. Puisinya bagaikan cerpen yang ringkas. Penggunaan majas dalam puisi-puisi Taufik Ismail lebih sederhana.

Ciri Khas Puisi Sutardji Calzoum Bachri

1.      Menggunakan Majas yang Rumit
Puisi-puisi karya SCB cenderung menggunakan kata dan majas yang rumit yang dipenuhi dengan intrik. Biasanya memakai ungkapan yang blak-blakan, sederhana, tanpa menghiraukan diksi konvensional ataupun bunga-bunga bahasa. Biasanya mengungkapkan kritik pada kehidupan masyarakat, tetapi dengan cara yang lucu dan tak berusaha terlampau berat.

2.      Membalikkan Suku Kata
Puisi karya SCB lebih mempermainkan suku-suku kata . Sampai-sampai kata-kata itu menjadi tidak bermakna .Tetapi hal itu tidak lantas menghilangkan makna totalitas puisi tersebut . Bahkan terasa menjadi sangat konkret. Dengan deretan kata yang dibolak-balikan susunan suku katanya bila diteriakkan keras-keras seperti teriakan nelayan di zaman bahari dulu . Bunyi-bunyi yang muncul dari kata-kata tak bermakna itu mengangkat imajinasi kita untuk membayangkan situasi pada masa bahari dulu, di mana nenek moyang kita sangat akrab dengan lautan.
3.      Konkret
Dalam puisi-puisinya SCB memilih kata-kata yang yang tepat. Seperti apa yang dia katakan bahwa kata itu adalah pengertian itu sendiri tidak harus bermakna lain. Sehingga dalam puisinya ini hanya ada makna denotasi. Puisi-puisinya konkret dan benar-benar tidak lagi percaya terhadap eksistensi kata. Puisi konkret berusaha meninggalkan peranan kata karena kata dianggapnya terlampau akrab untuk mewadahi penyair. SCB dalm puisinya memakai benda-benda yang konkret ( biasanya dengan sedikit mungkin kata , bahkan kalau perlu kata itu dihilangkan) sebagai alat ekspresinya.
4.      Mengkombinasikan dengan Bahasa Daerah atau Bahasa Asing
Puisi karya SCB juga terkadang menggabungkan Bahasa Indonesia dengan bahasa daerah. Tentu saja hal ini mempersulit pemahaman pembaca yang tidak mengerti dan menguasai bahasa asing maupun bahasa daerah.
5.      Unsur Bunyi
Puisi SCB mengingatkan kita pada bentuk puisi mantra pada zaman sastra purba. Puisi-puisi SCB pun amat menonjolkan kekuatan bunyi.

Ciri Khas Puisi W.S Rendra

1.      Gaya Bahasa
Puisi-puisi W.S. Rendra mempunyai ciri khas sendiri yang berbeda dengan karya penyair-penyair yang lain. Hal itu dapat dilihat pada penggunaan gaya bahasanya. Gaya bahasa yang dipergunakan W.S. Rendra itu menunjukkan kekhususan tersendiri yang merupakan “tanda tangan” W.S.Rendra.
2.      Pemilihan Kata
Pemilihan kata dalam puisi-puisi dalam karya WS. Rendra merupakan hal yang penting. WS Rendra dalam puisinya cenderung memakai kata-kata yang bermakna polos, denotatif tetapi bermakna padat dan tepat.
3.      Citraan
Puisi-puisi dari WS Rendra kaya akan penggunaan citraan atau gambaran angan yang timbul setelah membaca karyanya. Karya Puisi WS Rendra ingin membuat pembacanya berimajinasi dengan berupa citra-citra yang dapat dilihat dan seolah-olah dapat dirasakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar